Ada apa di tahun 20011


Satu lembar lagi kalender sobek yang nempel di tembok rumahku menghuni tempat sampah. Fhiew….Tidak terasa, dalam hitungan hari, sebentar lagi kita akan memasuki tanggal keramat di awal tahun.

Januari 2011 chooy ...! Tanggal yang mengharuskan kita mencampakkan kalender lama yang lecek bin dekil of the kumel dengan semua kenangan yang tersimpan di setiap tanggalnya. Posisinya akan digantikan oleh almanak baru yang siap merekam setiap peristiwa dalam keseharian kita. Ibarat pepatah, habis manis sepah dibuang.

Tidak cuma ganti kalender secara massal, akhir tahun juga selalu diwarnai berbagai tradisi. Di stasiun tv, ada tayangan kaleidoskop yang mengulas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam satu tahun yang akan ditinggalkan. Dukun dan paranormal banyak didatangi untuk dapetin ramalan jodoh, rizki, musibah, atau peruntungannya di tahun depan. Para desainer pakaian, penata rambut, atau produsen kosmetik juga udah siap me-launching produk-produk terbarunya untuk dipopulerkan di tahun mendatang.

Ada juga yang punya tradisi berburu kalender baru yang gratisan (jangan tesinggung ya?). Di mana saja dan kapan saja, panca inderanya nggak lepas dari pantauan sinyal-sinyal yang menunjukkan keberadaan kalender gratisan. Dari tukang bakso sampe supir angkot, sempet-sempetnya pake ditagihin kalender. Malahan, yang biasanya beli kopi Liong Bulan sebungkus di warung depan rumah, bela-belain pergi ke toko kopi di pasar biar dapet kalender. Jalan kaki lagi. Idih, ini sih tipe remaja hemat setiap saat. Wayau!

Tapi semuanya kalah prestise dibanding tradisi perayaan tahun baru. Sudah harga mati kalo momen istimewa ini nggak boleh lewat tanpa dirayakan dengan heebooooh! Buat ABG, terasa hambar bila malam tahun baru nggak ikut acara arak-arakan di jalan raya. Baik dengan jalan kaki atau pake kendaraan bermotor sambil bakar petasan, bakar jagung dan kembang api, niup terompet, metik gitar, nabuh gendang.

Tiap stasiun televisi jauh-jauh hari udah wanti-wanti bakal ngegelar acara spesial dalam rangka menyambut tahun baru. Musik, dance, kuis, games, semuanya digelar hingga larut? malam. Puncak kemeriahan terjadi pada saat perhitungan mundur menjelang detik-detik proklamasi, eh pergantian tahun sebelum jarum jam menunjukkan pukul 00.00 (tahun baru) Lima… empat… tiga… dua… satu… toooeet!!!

Tanpa dikomando, penonton di studio maupun pemirsa di rumah serempak meniup terompet. Di jalan raya, raungan keras dari knalpot dan teriakan klakson kendaraan bermotor memecah kesunyian malam. Nyala kembang api dalam berbagai warna menerangi gelapnya langit dan makin menambah kemeriahan dan semaraknya suasana. Kemudian berlanjut dengan pemberian ucapan selamat tahun baru, sun pipi kiri-kanan dan tukar-menukar kado dalam iringan musik yang hingar-bingar.

Perayaan tahun baru ternyata nggak cuma sebatas merengkuh kebersamaan aja lho. Tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka terhadap dewa. Nah lho...!

Di tengah gencarnya ajakan dari sana-sini untuk ngerayain tahun baru, kita justru seharusnya sedih. Sedih karena banyak di antara kita, khususnya remaja mulim, yang nggak tau kalo perayaan tahun baru 2011 merupakan bagian dari hari suci umat Kristen.

Bagi umat kristiani yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi. Gitchu lho ceritanya ...!

Sekarang kita tahu dong kalo perayaan pergantian tahun merupakan tradisi yang berasal dari orang kafir. Dengan dukungan sumber informasi dunia yang mereka kuasai, mereka menyeru dan mempublikasikan hari-hari besarnya ke seluruh lapisan masyarakat serta dibuat kesan seolah-olah hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum, populer, trend, dan bisa diperingati oleh siapa saja. Padahal ini merupakan salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya.

Sialnya, banyak dari kita yang nggak menyadari serangan budaya ini. Terlena oleh acara malam tahun baru yang dikemas secara apik dan menarik. Rasulullah Salallahu alaihi Wasallam dengan tegas melarang umatnya untuk meniru-niru budaya atau tradisi agama atau kepercayaan lain melalui sabdanya : "Barangsiapa yang menyerupai (bertasyabuh) suatu kaum, maka ia termasuk salah seorang dari mereka." (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan ath-Thabrani)

Hadits di atas mengajarkan kita untuk menghindari syiar dan ibadah orang kafir, baik yang berkaitan dengan tempat maupun waktu. Meski itu dalam rangka beribadah kepada Allah. Sebab hal itu sama aja turut menghidupkan syiar-syiar mereka.

Semoga dalil di atas cukup mampu mengerEm keinginan untuk berpartisipasi dalam perayaan tahun baru atau hari-hari besar umat lain. Kecuali kalo kita mau digolongkan ke dalam penganut agama selain Islam. Tahu dong, konsekuensinya bila Allah Subhanahu Wata'ala menggolongkan kita ke dalam golongan orang-orang kafir, itu artinya kita bakal kekal nginep di neraka selama lamya, Nauzubillahi min zalik

Trus gimana dong?
Pertama, kita nggak perlu malu atawa segan untuk menolak ajakan teman untuk hura-hura bin pesta-pora di malam tahun baru. Di hadapan tetangga boleh jadi kita dianggap sombong, nggak toleran, atau malah dikira alien alias makhluk asing karena "beda". Tapi di hadapan Allah Subhanahu Wata'ala, kita bisa termasuk golongan para penghuni surga, Amin Ya Robbal Alamiiin.

Kedua, kita nggak ngikut tahun baruan bukan berarti kita nggak peduli dengan pergantian tahun lho. Tetep kita nyadar kalo pergantian tahun merupakan bagian dari perubahan waktu. Saking sadarnya, kita mencoba mensikapi sang waktu seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Salallahu alaihi Wasallam Bukan dengan euforia bergelimang maksiat, tapi sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kemajuan diri kita.

Rasulullah Salallahu alaihi Wasallam bersabda: "Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya." (HR. Ahmad)

Kesempatan yang Allah berikan nggak akan datang dua kali. Waktu yang telah kita lewati nggak akan bisa diputar ulang dan kita perlu sadar bahwa kita nggak akan selamanya muda. Jika usia kita panjang, mau nggak mau, waktu bakal nganterin kita memasuki kehidupan orang dewasa dengan segudang permasalahannya. Apa yang kita harapkan di masa depan jika sekarang kita lebih doyan hura-hura bin pesta-pora dibanding memanfaatkan waktu untuk mengasah keterampilan, pola sikap, dan pola pikir kita. Bisa-bisa otak kita sampai meninggal masih orisinil karena jarang dipake buat nyari pemecahan masalah.

Suatu saat juga kita akan sampai di ujung waktu. Satu masa dalam hidup saat kita nggak bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat. Masihkah kita memimpikan kesenangan surgawi di kala kita sibuk mengejar materi dan popularitas dengan mengorbankan aturan Ilahi.

Mari kita sama-sama sambut kesempatan yang Allah SWT berikan dengan memperbanyak amal saleh dan mengurangi amal salah. Kita luruskan niat dalam berperilaku semata-mata mengharap ridho Allah SWT. Kita ringankan langkah kaki menuju taman-taman surga tempat mengkaji, memahami, meyakini semua aturan Allah SWT. Kita kuatkan pijakan kaki kita di atas akidah Islam di tengah serangan budaya dan pemikiran Barat. Kita padati hari-hari kita untuk siapkan perbekalan dalam menghadapi masa tua dan masa persidangan yaumul hisab kelak.

Akhirul kata, mari kita tanam dan semayamkan dalam diri kita semangat perjuangan Rasulullah Salallahu alaihi Wasallam, para shahabat, tabi'it, tabi'ut, tabi'in dan para mujahid di medan perang untuk mengembalikan izzah Islam wal Muslimin. Allahu Akbar...!

Source:
(Buletin STUDIA – Edisi 224/Tahun ke-5)
Baca Selengkapnya......

Harta tidak akan dibawa mati

Pengertian harta ialah apa saja yang dimiliki oleh manusia. " Sebaik-baiknya harta ialah yang berada pada orang yang sholeh." (HR. Bukhari dan Muslim). Harta yang berkah adalah harta yang disenangi Allah, tidak harus banyak, sedikit tapi berkah lebih baik dari pada yang banyak tetapi tidak berkah. Untuk mendapatkan keberkahan harta harus halal, karena Allah tidak mungkin memberkahi harta yang haram.

Pada dasarnya harta mempunyai sifat yang saling bertolak belakang. Kadang-kadang dapat menyelamatkan pemiliknya, namun tak sedikit pula mencelakakan. Oleh sebab itu Islam telah mengatur bagaimana caranya seorang muslim dapat memanfaatkan harta yang dimilikinya itu agar berguna bagi kehidupan dunia dan akhirat. Belumlah lengkap jika harta itu hanya dinikmati untuk kepentingan duniawi dan sama sekali tidak berpengaruh pada kehidupan akhirat. Keduanya harus mendapat porsi yang seimbang.

Harta bukanlah suatu tujuan hidup. Bukan suatu sebab untuk mencapai kebahagiaan. Kalau seseorang menempatkan harta sebagai tujuan hidup dan menganggap segalagalanya, maka ia akan sering mendapatkan kesulitan daripada kedamaian hati.

Tujuan hidup adalah melaksanakan suatu kewajiban-kewajiban. Adapun harta benda yang kita miliki merupakan sarana untuk mendukung pelaksanaan kewajiban-kewajiban itu. Kita beribadah perlu harta. Orang tak akan bisa membangun masjid, menyantuni yatim piatu, berzakat dan bersedekah dan berangkat haji tanpa didukung oleh sarana harta benda.

Kadang-kadang orang menjadi tergila-gila oleh harta benda. Ia membanting tulang dan memeras keringat, tak kenal siang atau malam, tak kenal kawan atau lawan asal tujuannya tercapai. Kalau harta sudah didapat, Ia ingin lebih banyak lagi... dan ingin terus bertambah. Kesibukannya memburu harta membuat dirinya lupa terhadap kewajiban. Ibadahnya menjadi malas. Bahkan hatinya menjadi kikir. Harta yang terkumpul sangat dicintainya sehingga enggan mengeluarkan sedekah atau berzakat. Orang-orang yang demikian ini justru menjadi budak Hartanya sendiri.

Sangatlah beruntung orang kaya yang mampu mengendalikan harta kekayaannya. Dimanfaatkan untuk jalan kebaikan, gemar bersedekah, berzakat, menunaikan ibadah haji, infak, menyantuni yatim piatu dan sebagainya. Semakin banyak hartanya semakin sering pula ia bersyukur kepada ,Allah. Ibadahnya pun menjadi lebih tekun. Orang-orang yang demikian ini sadar kalau harta yang didapatkan semata-mata karena kemurahan Allah sehingga dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Dalam kitabnya, Al Maal Fil Islam, DR. Muhammad Mahmud Bably berpendapat bahwa harta tercela menurut Islam yaitu harta yang dijadikan obyek tujuan, dan bagi pemilik harta menjadikan harta itu sebagai perlindungan terhadap harta yang ditimbunnya atau yang disembunyikannya. Kemudian menahan terhadap orang lain dan pemanfaatan harta yang seharusnya beredar dari tangan yang satu ke tangan lainnya. Sehingga akan timbul sifat kikir atau memejamkan mata. Sebagaimana pula agama Islam melarang sifat yang berlebih-lebihan dan sifat mubadzir, dan Islam mengajak kepada sifat cukup atau seimbang dalam segala hal.

Allah berfirman, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak (pula) kikir tetapi (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.

Oleh sebab itu untuk mendapatkan rejeki yang halal, harta yang barokah dan terus bertambah maka mulai sekarang kita harus berhati-hati dalam berikhtiar. Mencari, nafkah atau rejeki itu gampang-gampang susah. Kadang-kadang seseorang sudah berhati-hati, namun suatu ketika Ia lengah sehingga memungut harta yang tidak halal, atau cara mencarinya melanggar syariat Islam.

Sesungguhnya harta yang baik adalah jika diperoleh dari cara yang halal dan dimanfaatkan menurut tempatnya. Sebuah hadis riwayat lbnu Umara ra. dijelaskan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Dunia itu bagaikan tumbuh tumbuhan yang menarik. Barangsiapa yang mencari harta dunia dari harta yang halal, kemudian dibelanjakan sesuai dengan haknya, maka Allah Taala akan memberi pahala dan akan dimasukkan ke surga. Dan barangsiapa yang mencari harta dunia, bukan dari harta yang halal dan dibelanjakan bukan pada haknya, maka Allah akan menempatkan ke dalam tempat yang hina. Dan banyak orang yang ambisi dalam mencari di jalan Allah dan Rasulnya yang masuk ke dalam api neraka pada hari Kiamat.”

Harta itu pada hakikatnya halal. Namun bisa saja berubah menjadi tercela dan mencelakakan pemiliknya. Sebab jika seseorang mencarinya dengan cara yang tidak halal, maka kedudukan harta itu menjadi haram. Apabila harta haram itu dimakan maka sari-sari makanan akan bercampur menjadi darah. Kalau sudah bercampur dengan darah dan setiap saat mengalir ke sekujur tubuh, maka sulitlah seseorang untuk mensucikan sesuatu yang haram itu. Pada akhirnya kelak di akhirat akan menjadi siksaan baginya.

Perlulah disadari bahwa sesungguhnya harta itu pada dasarnya merupakan sarana dan ladang bagi kehidupan akhirat. Barangsiapa yang mendapatkannya dengan cara halal, lalu dimanfaatkan untuk kebaikan, misalnya menafkahi keluarga, sebagian disisihkan untuk fi sabilillah, maka harta akan menjadi sangat bermanfaat. Kelak akan menjadi penolong di akhirat.

Tak sedikit pula orang yang secara berlebih-lebihan beramal sedekah. Ia mendapatkan harta dan cara yang tidak halal, kemudian terkumpul dan menjadi kaya. Jika berzakat diundangnya wartawan untuk mengekspos amalannya itu. Jika menyumbang pembangunan masjid, ia berharap panitia mengumumkannya. Lalu masyarakat memuji-mujinya sebagai orang yang sangata dermawan. Dan ia merasa sangat puas mendengar pujian itu. Maka amalan dan penggunaan harta seperti itu sangat dicela oleh Allah. Selain cara mendapatkan harta itu tidak halal, hatinya juga dicemari oleh riya’, mengharap pujian dari sesama manusia. Itulah yang dimaksudkan dalam hadis bahwa banyak orang yang ambisi mencari jalan Allah namun yang didapatkan hanyalah api neraka.

Harta menurut pandangan Islam merupakan suatu kebaikan; bukan suatu keburukan. Ada sebagian golongan orang yang menilai bahwa harta dunia itu hanyalah menjadi penghalang bagi amal ibadah Mereka Kemudian menghindarinya. Berpakaian compangcamping makan hanya sesuap. Ia lebih banyak berpuasa dan sama sekali tidak memiliki harta yang disimpannya Orang-orang “sufi” menilai lain terhadap harta benda itu sehingga mereka selalu mengaggap sebagai suatu keburukan. Padahal sebenarnya harta benda itu merupakan suatu kebajkan.

Orang-orang yang lemah iman akan menilai, hartanya dengan angka matematika. Mereka hanya menggunakan logika; akalnya. Padahal akal manusia itu tidak menjangkau ilmu dan kehendak Allah. Mereka mengira dengan berperilaku kikir, hartanya akan awet dan tidak berkurang Mereka bekerja keras membanting tulang. Dengan semakin rajin bekerja, hartanya semakin bertambah Akhirnya ia menjadi kikir sekali. Sebab dengan bersikap kikir dia yakin hartanya akan terpelihara Namun jika dibuat untuk bersedekah atau dikeluarkan untuk zakat, menurut perhitungan matematika hartanya akan berkurang.

Mereka lupa bahwa harta atau rejeki itu bukan hanya semata-mata karena jerih payahnya Banyak orang yang bekerja membanting tulang, tetapi yang didapat hanya Sedikit. Ada pula yang bekerja dengan ringan, tanpa mengeluarkan keringat namun kekayaannya semakin banyak. Jadi Allahlah yang sangat berperan dalam memberi harta itu. Manusia hanya berikhtiar saja. Mereka tidak menyadari bahwa harta yang dikeluarkan untuk sedekah itu sesungguhnya tidaklah berkurang, melainkan terus bertambah. Secara logika, hal yang demikian ini tidak dapat dijangkau oleh akal manusia Namun kenyataannya, orang-orang yang gemar bersedekah bukan bertambah miskin, namun hartanya semakin banyak. Orang-orang yang mau berpikir dan punya kadar keimanan tinggi, tentu akan menggunakan harta yang menjadi miliknya itu secara benar. Rasulullah saw, bersabda, “Hanya ada dua hal yang tidak termasuk sifat dengki, yaitu seorang yang diberi harta kemudian terdorong untuk menunaikan secara benar. Dan seseorang yang diberi ilmu oleh Allah kemudian ia menghukumi dengan ilmunya serta mengajarkannya.” HR. Bukhari.

Orang yang tergila-gila terhadap harta benda, menganggap bahwa harta itu adalah segala-galanya. Kecintaannya mengalahkan anak dan istrinya. Bahkan demi harta, tak Sedikit orang mengorbankan akidahnya. Tepatlah jika Allah berfirman bahwa harta benda itu sesungguhnya adalah perhiasan kehidupan dunia bagi orang-orang yang tertipu dan bagi yang suka menjadi budakharta itu sendiri dan mereka yang melupakan perbuatan demi akhirat. Dalam surat Al-Kahfi ayat 46 dijelaskan, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.”

Banyak ayat-ayat di dalam Al-Quran yang menyinggung masalah kesenangan manusia terhadap harta benda. Karena mereka tergila-gila sehingga lupa dan keluar dari tujuan hidup yang sebenarnya. Mereka terlena, mengira dunia adalah kehidupan yang penuh dengan kesenangan-kesenangan. Mereka tidak ingat lagi kalau ada kampung yang lebih kekal yaitu akhirat. Mereka terlena jika kelak ada surga dan neraka. Surga tempat kebahagiaan yang kekal dan neraca tempat siksaan yang tiada berakhir.
Baca Selengkapnya......

Apa yang kau sombongkan .....?


Ketika bertemu dengan orang yang kita kenal dan tidak menegor atau pura-pura tidak kenal, maka kita menyebutnya orang yang sombong. Ketika ada orang yang suka berbicara besar serta memamerkan keberhasilan-keberhasilan yang diraihnya, maka kita menyebutnya orang yang sombong. Orang kaya yang tidak mau bergaul dengan orang miskin juga biasanya disebut sebagai orang yang sombong. Kesombongan-kesombongan seperti ini memang sangat mudah kita ketahui, tetapi sesungguhnya sifat sombong bisa bersembunyi jauh didalam hati dan tidak langsung kelihatan.

Sifat sombong, takabur dan tinggi hati selalu beranjak dari assumsi bahwa dirinya memiliki kelebihan, keistimewaan, keunggulan dan kemuliaan ketika dihadapkan pada kepemilikan orang lain. Kesombongan yang berawal dari perasaan lebih atas orang lain, yang selanjutnya memunculkan sikap takabur, dan dari sana lalu timbul sikap gampang menganggap rendah orang lain adalah awal dari kerusakan tatanan sosial masyarakat.

Sombong adalah penyakit yang sering menghinggapi kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap muncul tanpa kita sadari. Di tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor materi. Kita merasa lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor kecerdasan. Kita merasa lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor kebaikan. Kita sering menganggap diri kita lebih bermoral, lebih pemurah, dan lebih tulus dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat kesombongan, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi sangat mudah terlihat, namun sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Wahai Sobat, diri ini laksana setitik debu yang berterbangan, tak ada daya bila dibandingkan dengan luasnya alam semesta. Maka janganlah sekali-kali menyimpan rasa sombong walau hanya sebesar biji sawi (atom) pun, karena hal itu akan menghalangi kita tuk merasakan indahnya nikmat dan rahmat Allah Subhanahu Wata'ala dalam keabadian surga-Nya.

Wahai Sobat, kesombongan adalah jubah kebesaran yang tidak selayaknya dimiliki oleh seorang makhluk seperti kita, karena memang kita tercipta sebagai seorang hamba, hanya seorang hamba yang memiliki kelemahan yang tak terhingga. Ingatlah sesungguhnya tujuan keberadaan kita disini tiada lain hanya untuk beribadah dan menyampaikan pesan keislaman kita sebagai rahmat bagi sekalian alam, dan segala sesuatu yang kita lakukan haruslah memiliki dasar atas penghambaan diri kepada-Nya.

Wahai Sobat, apa yang kita miliki sesungguhnya tidak akan pernah abadi, karena keabadian hanyalah kemutlakan bagi-Nya. Setiap nafas yang kita hirup akan memiliki pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Setiap detak jantung yang kita lalui akan menanyakan apa yang telah kita lakukan selama ia berdetak. Jika kita dianugrahkan sebuah kelebihan, maka hal itu tidaklah menjadi pembeda atas diri kita dihadapan-Nya, karena memang yang akan membedakan setiap hamba dari hamba lainnya hanyalah tingkat ketaatan dan ketakwaan kepada-Nya. Raih dan raihlah kesempatan kita untuk melakukan yang terbaik dalam hidup kita dengan dasar ibadah kepada-Nya.

Wahai Sobat, meskipun kita diberikan oleh Allah suatu kelebihan yang mungkin tak dimiliki oleh orang disekitar kita, lantas janganlah hal itu menjadikan kita berlaku dan membanggakannya secara berlebihan, karena hal itu sangatlah tidak disenangi oleh Sang Pencipta dan Pemberi Amanah atas kelebihan yang kita miliki.

Wahai Sobat, senantiasalah berbagi nasehat kepada sesama, karena itu akan menjadi bekalan amal jariyah yang tak terputus bagi kita kelak, meskipun kita telah tiada di kehidupan ini. Janganlah merasa malu tuk menjalankan perintah-Nya, karena rasa malu itu hanya akan menjauhkan kita dari ridha-Nya. Janganlah bersikap angkuh ketika kabar akan kebaikan dari firman-Nya datang menghampiri kita, karena itu akan mendekatkan kita kepada laknat-Nya.

Wahai Sobat, senantiasalah menampilkan mimik wajah terbaikmu ketika berhadapan dengan orang disekitarmu, dan janganlah sekali-kali engkau menampilkan wajah masam, acuh, bahkan wajah marah yang penuh dengan kesombongan, karena hal itu akan menjauhkanmu dari indahnya rahmat Allah di dalam sebuah silaturahim.

Wahai Sobat, janganlah berkata dengan perkataan yang tidak disenangi oleh lawan bicaramu, dan janganlah pula engkau berkata dengan intonasi atau nada yang dapat mengganggu orang disekitarmu, karena itu mungkin akan membuat sebagian hati dari orang disekitarmu merasa risih bahkan terganggu bila mendengarkanmu, bahkan mungkin akan memunculkan fitnah dan prasangka buruk terhadap sifatmu. Maka senantiasalah bersantun dalam bicaramu dan jagalah perkataanmu.

Wahai Sobat, jadikanlah diri kita sebagai hamba yang senantiasa bersyukur atas apa yang kita miliki, atas apa yang telah Allah anugrahkan kepada kita. Sungguh Allah sangat mencintai orang-orang yang selalu bersyukur kepadanya, bahkan akan melimpahkan kenikmatan yang tak terhingga kiranya. Namun Sobat, janganlah sekali-kali nikmat yang Allah beri menjadikan diri kita lupa tuk bersyukur atasnya, dan hanya berlaku khilaf dan larut dengan semua perkara kesenangan dunia tampa mengucap syukur dan ingat bahwasanya apa yang diberi mestilah berorientasi pada ketaatan kepada-Nya. Ketahuilah sungguh Allah sangat membenci hal yang demikian, bila kita tidak dengan segera menyadari dan memohon ampun kepada-Nya, maka sungguh azab Allah sangatlah pedih.

Wahai Sobat, akhir kata sungguh belumlah pula layak diri ini menasehatkan kebaikan-kebaikan kepada semua, karena memang diri ini belumlah sebaik perkataan yang dipunya, bahkan mungkin nasehat ini lebihlah tepat tertuju pada diriku sendiri, namun setidaknya diri ini telah sedikit menyampaikan kebaikan, bilamana kali ini Sobat tiada besepakat, maka sungguh kewajibanku telah tertunai sudah, dan sungguh tak ada pemaksaan dalam keyakinan keislaman kita.

”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman:18]

Dari Ibn Mas’ud, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk sorga, seseorang yang di dalam hatinya ada sebijih atom dari sifat sombong”. Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Saw: “Sesungguhnya seseorang menyukai kalau pakainnya itu indah atau sandalnya juga baik”. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt adalah Maha Indah dan menyukai keindahan. Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim]

Dari tulisan di atas jelas bahwa tidak ada alasan bagi manusia untuk bersikap sombong. Ancaman neraka bagi orang yang sombong meski hanya sekecil atom hendaknya membuat kita menjadi orang yang rendah hati.
Baca Selengkapnya......