Ada apa di tahun 20011


Satu lembar lagi kalender sobek yang nempel di tembok rumahku menghuni tempat sampah. Fhiew….Tidak terasa, dalam hitungan hari, sebentar lagi kita akan memasuki tanggal keramat di awal tahun.

Januari 2011 chooy ...! Tanggal yang mengharuskan kita mencampakkan kalender lama yang lecek bin dekil of the kumel dengan semua kenangan yang tersimpan di setiap tanggalnya. Posisinya akan digantikan oleh almanak baru yang siap merekam setiap peristiwa dalam keseharian kita. Ibarat pepatah, habis manis sepah dibuang.

Tidak cuma ganti kalender secara massal, akhir tahun juga selalu diwarnai berbagai tradisi. Di stasiun tv, ada tayangan kaleidoskop yang mengulas peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam satu tahun yang akan ditinggalkan. Dukun dan paranormal banyak didatangi untuk dapetin ramalan jodoh, rizki, musibah, atau peruntungannya di tahun depan. Para desainer pakaian, penata rambut, atau produsen kosmetik juga udah siap me-launching produk-produk terbarunya untuk dipopulerkan di tahun mendatang.

Ada juga yang punya tradisi berburu kalender baru yang gratisan (jangan tesinggung ya?). Di mana saja dan kapan saja, panca inderanya nggak lepas dari pantauan sinyal-sinyal yang menunjukkan keberadaan kalender gratisan. Dari tukang bakso sampe supir angkot, sempet-sempetnya pake ditagihin kalender. Malahan, yang biasanya beli kopi Liong Bulan sebungkus di warung depan rumah, bela-belain pergi ke toko kopi di pasar biar dapet kalender. Jalan kaki lagi. Idih, ini sih tipe remaja hemat setiap saat. Wayau!

Tapi semuanya kalah prestise dibanding tradisi perayaan tahun baru. Sudah harga mati kalo momen istimewa ini nggak boleh lewat tanpa dirayakan dengan heebooooh! Buat ABG, terasa hambar bila malam tahun baru nggak ikut acara arak-arakan di jalan raya. Baik dengan jalan kaki atau pake kendaraan bermotor sambil bakar petasan, bakar jagung dan kembang api, niup terompet, metik gitar, nabuh gendang.

Tiap stasiun televisi jauh-jauh hari udah wanti-wanti bakal ngegelar acara spesial dalam rangka menyambut tahun baru. Musik, dance, kuis, games, semuanya digelar hingga larut? malam. Puncak kemeriahan terjadi pada saat perhitungan mundur menjelang detik-detik proklamasi, eh pergantian tahun sebelum jarum jam menunjukkan pukul 00.00 (tahun baru) Lima… empat… tiga… dua… satu… toooeet!!!

Tanpa dikomando, penonton di studio maupun pemirsa di rumah serempak meniup terompet. Di jalan raya, raungan keras dari knalpot dan teriakan klakson kendaraan bermotor memecah kesunyian malam. Nyala kembang api dalam berbagai warna menerangi gelapnya langit dan makin menambah kemeriahan dan semaraknya suasana. Kemudian berlanjut dengan pemberian ucapan selamat tahun baru, sun pipi kiri-kanan dan tukar-menukar kado dalam iringan musik yang hingar-bingar.

Perayaan tahun baru ternyata nggak cuma sebatas merengkuh kebersamaan aja lho. Tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka terhadap dewa. Nah lho...!

Di tengah gencarnya ajakan dari sana-sini untuk ngerayain tahun baru, kita justru seharusnya sedih. Sedih karena banyak di antara kita, khususnya remaja mulim, yang nggak tau kalo perayaan tahun baru 2011 merupakan bagian dari hari suci umat Kristen.

Bagi umat kristiani yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi. Gitchu lho ceritanya ...!

Sekarang kita tahu dong kalo perayaan pergantian tahun merupakan tradisi yang berasal dari orang kafir. Dengan dukungan sumber informasi dunia yang mereka kuasai, mereka menyeru dan mempublikasikan hari-hari besarnya ke seluruh lapisan masyarakat serta dibuat kesan seolah-olah hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum, populer, trend, dan bisa diperingati oleh siapa saja. Padahal ini merupakan salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari ajaran agamanya.

Sialnya, banyak dari kita yang nggak menyadari serangan budaya ini. Terlena oleh acara malam tahun baru yang dikemas secara apik dan menarik. Rasulullah Salallahu alaihi Wasallam dengan tegas melarang umatnya untuk meniru-niru budaya atau tradisi agama atau kepercayaan lain melalui sabdanya : "Barangsiapa yang menyerupai (bertasyabuh) suatu kaum, maka ia termasuk salah seorang dari mereka." (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan ath-Thabrani)

Hadits di atas mengajarkan kita untuk menghindari syiar dan ibadah orang kafir, baik yang berkaitan dengan tempat maupun waktu. Meski itu dalam rangka beribadah kepada Allah. Sebab hal itu sama aja turut menghidupkan syiar-syiar mereka.

Semoga dalil di atas cukup mampu mengerEm keinginan untuk berpartisipasi dalam perayaan tahun baru atau hari-hari besar umat lain. Kecuali kalo kita mau digolongkan ke dalam penganut agama selain Islam. Tahu dong, konsekuensinya bila Allah Subhanahu Wata'ala menggolongkan kita ke dalam golongan orang-orang kafir, itu artinya kita bakal kekal nginep di neraka selama lamya, Nauzubillahi min zalik

Trus gimana dong?
Pertama, kita nggak perlu malu atawa segan untuk menolak ajakan teman untuk hura-hura bin pesta-pora di malam tahun baru. Di hadapan tetangga boleh jadi kita dianggap sombong, nggak toleran, atau malah dikira alien alias makhluk asing karena "beda". Tapi di hadapan Allah Subhanahu Wata'ala, kita bisa termasuk golongan para penghuni surga, Amin Ya Robbal Alamiiin.

Kedua, kita nggak ngikut tahun baruan bukan berarti kita nggak peduli dengan pergantian tahun lho. Tetep kita nyadar kalo pergantian tahun merupakan bagian dari perubahan waktu. Saking sadarnya, kita mencoba mensikapi sang waktu seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad Salallahu alaihi Wasallam Bukan dengan euforia bergelimang maksiat, tapi sebagai alat ukur untuk mengevaluasi kemajuan diri kita.

Rasulullah Salallahu alaihi Wasallam bersabda: "Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya." (HR. Ahmad)

Kesempatan yang Allah berikan nggak akan datang dua kali. Waktu yang telah kita lewati nggak akan bisa diputar ulang dan kita perlu sadar bahwa kita nggak akan selamanya muda. Jika usia kita panjang, mau nggak mau, waktu bakal nganterin kita memasuki kehidupan orang dewasa dengan segudang permasalahannya. Apa yang kita harapkan di masa depan jika sekarang kita lebih doyan hura-hura bin pesta-pora dibanding memanfaatkan waktu untuk mengasah keterampilan, pola sikap, dan pola pikir kita. Bisa-bisa otak kita sampai meninggal masih orisinil karena jarang dipake buat nyari pemecahan masalah.

Suatu saat juga kita akan sampai di ujung waktu. Satu masa dalam hidup saat kita nggak bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat. Masihkah kita memimpikan kesenangan surgawi di kala kita sibuk mengejar materi dan popularitas dengan mengorbankan aturan Ilahi.

Mari kita sama-sama sambut kesempatan yang Allah SWT berikan dengan memperbanyak amal saleh dan mengurangi amal salah. Kita luruskan niat dalam berperilaku semata-mata mengharap ridho Allah SWT. Kita ringankan langkah kaki menuju taman-taman surga tempat mengkaji, memahami, meyakini semua aturan Allah SWT. Kita kuatkan pijakan kaki kita di atas akidah Islam di tengah serangan budaya dan pemikiran Barat. Kita padati hari-hari kita untuk siapkan perbekalan dalam menghadapi masa tua dan masa persidangan yaumul hisab kelak.

Akhirul kata, mari kita tanam dan semayamkan dalam diri kita semangat perjuangan Rasulullah Salallahu alaihi Wasallam, para shahabat, tabi'it, tabi'ut, tabi'in dan para mujahid di medan perang untuk mengembalikan izzah Islam wal Muslimin. Allahu Akbar...!

Source:
(Buletin STUDIA – Edisi 224/Tahun ke-5)